Panggil Saja ia Mang Wasdar Karena memang itulah panggilan sehari harinya yang saya tau lelaki tua berusia enam puluh tahunan bertubuh kekar dan penuh semangat, saya mengenal mang wasdar adalah tujuh tahun yang lalu saat itu saya kenal melaui anaknya yang bernama timin. Keseharian lelaki ini tak pernah berhenti untuk mengolah sawah bergulat dengan lumpur yang kotor panas dan hujan tak pernah ia rasakan kerja mulai jam tujuh pagi dan baru usai jam lima begitulah kehidupan sehari hari yang ia jalani. bagi seorang pekerja keras dan ulet seperti mang wasdar ini mestinya sudah barang tentu akan berhasil dan mendapatkan kesuksesan, namun tidak demikian bagi lelaki ini walaupun entah sudah berapa puluh tahun ia bekerja mengolah sawah dengan gigih dan hasil kerjanyapun sangat cemerlang tanaman yang tumbuh dari hasil tanah yang ia cangkul menghasilkan keuntungan yang besar. tapi dari keuntungan dan hasil tanaman yang di olahnya ia hanya mendapatkan upah kotor Rp. 40.000/hari. jika di hitung dengan biaya pengeluaran roko dan makan upah yang ia terima bersihnya ia hanya menerima Rp. 20.000/hari sungguh sangat kecil kecil yang ia terima, semntara tanggung jawab sebagai keluarga ia harus menghidup 4 orang anak dan istrinya. Buruh tani itulah sebutan bagi mang wasdar
Komentar
Posting Komentar